Minggu, 30 Maret 2014

KISAH AURORA, SANG MALAIKAT CAHAYA





Putri Venus sedang berjalan-jalan mengitari Andromeda, kerajaan milik Raja Matahari, menggunakan unicorn, kuda api, yang bernama Mirabela. Android dan bintang kecil tampak  bertebaran di sisi kanan dan sisi kiri. Bahkan ada yang menyebar dibawah kaki Mirabela. Beberapa bintang terpecah mengenai kuku besi Mirabela dan menimbulkan percikan bunga api yang indah.
“ Mirabela, tenanglah sedikit. Aku ingin berjalan-jalan bukan berlomba. Untuk apa kau terburu-buru? Ini bukan jalan-jalan namanya, tapi perlombaan,” seru Putri Venus seraya membetulkan mahkotanya yang miring karena gerakan Mirabela.
“Tuan Putri, maafkan hamba, tapi saat ini para mahluk angkasa sedang berpesta di Istana. Tapi mengapa tuan Putri mengajakku jalan-jalan?” tanya Mirabela tak mengerti.
“ Aah, Mirabela. Kau kan tahu aku tidak suka pesta. Aku lebih suka menghabiskan waktuku dengan menyiram kebun bunga milik Mama. Bunga-bunganya lebih indah jika kusiram dengan air. Atau memasak makanan baru di dapur istana. Leo marah ketika tahu aku memasak kue apel sendiri. Dasar Kakak yang aneh. Padahal kue apel buatanku sangat enak.”
“ Bukankah tuan Putri sudah dewasa, mengapa tuan Putri menghabiskan waktu dengan sia-sia seperti itu?”potong Mirabela.
“ Apa maksudmu Mirabela? Aku menikmati setiap detik waktuku di istana. Aku menikmati waktu remajaku. Mengapa kau yang merajuk? Heran,”tukas Putri Venus.
Tangannya menyapu android dan bintang kecil seakan menyapu air. Android dan bintang kecil itu melayang dan berputar perlahan.
“Bukankah Raja Matahari sedang mencari calon suami, lalu menikahkan tuan Putri dengannya? Waktu yang kita miliki sangat sebentar. Tak ada lagi waktu bermain-main. Kita akan berpisah,” ujar Mirabela sedih.
“ Jangan bersedih Mirabela. Nanti aku akan ikut menangis bersamamu. Sudahlah. Lagipula Papa belum memiliki waktu untuk memilihkan calon suami bagiku. Waktunya habis di medan perang. Ah, mengapa para laki-laki selalu suka berperang? Bukankah alam semesta akan lebih baik jika ada yang mengalah? Jika aku jadi pewaris kerajaan, aku akan memberikan planet biru itu pada Raja Merkurius.”
Mirabela menggelengkan kepalanya. Kepolosan dan kesabaran Putri Venus membuatnya gemas. Jika seluruh mahluk alam semesta berpikir seperti yang Putri Venus pikirkan, mungkin tidak akan ada peperangan. Tapi menurut pembicaraan para panglima perang yang pernah menunggangi teman-temannya dan diceritakan kembali  padanya, planet biru itu planet yang sangat indah. Di planet biru itu terdapat persediaan air dan oksigen yang melimpah. Jika satu benih ditanam di planet biru itu, maka sekejap kemudian benih itu akan tumbuh dan menghasilkan buah. Jadi pantas saja jika planet biru itu menjadi rebutan dua kerajaan. Kerajaan Andromeda yang dipimpin Raja Matahari, dan kerajaan Galaxi yang dipimpin Raja Merkurius.
“ Lihat disana Mirabela! Kereta siapa itu yang melaju kemari? Debu-debu kosmiknya sampai beterbangan kesana kemari! Ceroboh sekali penunggang itu!” omel Putri Venus.
Mirabela melihat kereta yang melaju ke arah mereka. Perlahan-lahan tampaklah wujud keseluruhan kereta itu. Kereta itu terbuat dari emas putih dan bertatahkan berlian. Setiap lekukannya diukir dengan sangat sempurna. Kuda api yang menghela kereta yang luar biasa itu juga menakjubkan. Kuda api itu menyemburkan api dari hidungnya. Matanya yang hitam seakan bisa melihat sampai ke kedalaman jiwa seseorang. Mirabela yang merupakan kuda api betina, bergetar hatinya.
“ Mirabela? Mengapa engkau gemetar seperti ini?”tanay Putri Venus heran.
“ Aduh tuan Putri. Kuda api yang akan melewati kita adalah kuda api yang luar biasa gagahnya. Hamba tiba-tiba merasa takut,” ujar Mirabela.
“ Ssh, apa yang kau takutkan ? Masa kau takut pada seekor kuda api? Seharusnya engkau takut pada Penciptamu Mirabela. Seharusnya kita takut pada Allah.”
Mirabela terdiam. Ditatapnya kereta beserta kuda apinya yang luar biasa. Walau susah untuk menaklukkan ketakutannya, hatinya berdzikir  mengingat Allah.
Kereta kencana itu berhenti tepat di depan mereka. Seorang pemuda tampan dengan rambut pirang ikal sebahu keluar dari kereta itu. Pakaian yang dikenakannya sangatlah mewah dan berkilauan. Sebuah mahkota yang terbuat dari emas putih, bertahtakan berlian berbentuk oval, bertengger di kepala pemuda itu.
“ Wah wah wah! Suatu kejutan yang menyenangkan! Siapa yang menyangka, aku bisa bertemu dengan Putri Venus yang cantik jelita di jalanan berdebu ini,” seru pemuda itu.
Putri Venus memicingkan matanya menatap pemuda yang telah dengan lancangnya menakuti kuda apinya.
“ Siapa dirimu? Mengapa kau tahu siapa aku?” tanya Putri Venus dengan nada tinggi.
“ Siapa yang tidak mengenal Putri Venus, putri bungsu Raja Matahari? Raja Matahari sendiri yang mengumumkan dirimu ke seluruh semesta ini. Betulkah kau mencari jodoh?”tanya pemuda itu tidak perduli.
“ Dasar lancang! Mengapa kau langsung bertanya padaku? Kau tidak memperdulikan kelembutan hati seorang wanita! Siapa sudi menjawab pertanyaanmu! Ayo Mirabela, kita pergi dari sini! Kita kembali ke Istana.Tiba-tiba aku kehilangan minat untuk berjalan-jalan,”ujar Putri Venus.
Pemuda itu bergerak cepat dan menarik surai api Mirabela tanpa merasakan panasnya.
“ Jangan terburu-buru pergi, kuda yang cantik. Aku masih ingin berbicara dengan tuanmu, walaupun tuanmu judesnya luarbiasa.”
Mirabela mengikik senang. Melihat ketenangan dan kata-kata yang diucapkan pemuda berambut pirang itu pada Mirabela, mau tak mau Putri Venus ingin mengetahui perihal pemuda itu lebih jauh lagi.
“Sebenarnya dirimu siapa? Mengapa kau menghalangi jalan kami?” tanya Putri Venus.
“ Aku adalah Pangeran Geo Jupiter, putra Raja Merkurius.”
Putri Venus dan  Mirabela terkejut.
“ Mengapa anak Raja Merkurius berada di wilayah kami? Engkau tidak takut para pengawal kami akan menangkap dan menyiksamu?” tanya Putri Venus. Diam-diam rasa kagum menyelusup ke dalam hatinya.
“ Aku tidak takut pada pengawal kerajaanmu Putri Venus. Yang aku takutkan adalah Tuhanku, Tuhan Semesta Alam. Dialah Allah, Pencipta Seluruh Alam.”
Putri Venus terdiam. Kini kekagumannya pada pemuda berambut pirang itu makin bertambah.
“ Mengapa kau mencegatku disini, wahai Pangeran Geo Jupiter, putra Raja Merkurius?” tanya Putri Venus.
“ Aku sedang berada di perpustakaan istanaku, ketika tiba-tiba kucium wangi yang tak pernah kucium seumur hidupku. Aku lalu keluar istana. Sosokmu mengeluarkan cahaya yang berpendar dari kejauhan. Aku tahu, Allah tidak akan memberikan karunia yang begitu besar pada seseorang, jika seseorang itu tidak istimewa. Maka aku mengeluarkan kereta kencanaku yang paling indah, beserta  kuda api yang paling gagah, untuk mencegatmu. Dan ya, aku tahu rencana Ayahmu. Ayahmu hendak menjodohkanmu dengan salah seorang pangeran dari alam  jauh agar kerajaanmu memiliki sekutu perang untuk memerangi kerajaanku. Bukankah begitu Tuan Putri Venus yang cantik dan bijaksana?”
Putri Venus merasakan sindiran dalam kalimat Pangeran Geo.
“ Kalau misalnya hal itu benar, maka apa yang kerajaanmu akan lakukan? Menculikku? Meminta tebusan pada Papaku? Sungguh tak kukira begitu lemah taktikmu!”
Pangeran Geo mengibaskan rambutnya.
“Maaf Putri Venus. Walaupun kerajaanku berperang dengan kerajaanmu, tapi sungguh tidak jantan rasanya jika aku harus menculikmu dan meminta tebusan pada Raja Matahari. Bisa saja hal itu kulakukan. Tapi itu adalah strategi paling rendah yang tak akan dilakukan seorang Pangeran seperti aku.”
“Oh, begitukah?Lalu kenapa kau tidak membiarkanku pergi?”seru Putri Venus.
“ Karena aku jatuh hati padamu Putri Venus,” tukas Pangeran Geo dengan lantang.
Putri Venus terdiam. Bagaimana bisa seseorang jatuh cinta pada pandangan pertama mereka?
“ Engkau sedang bermimpi ya?Bagaimana bisa seseorang yang baru bertemu muka bisa saling jatuh cinta? Aku tidak percaya!” seru Putri Venus.
Pangeran Geo berjalan mendekati Putri Venus. Putri Venus panik.
“ Kau mau apa Pangeran Geo? Apakah kau tidak punya malu mendekati wanita yang bukan milikmu?”
Pangeran tertegun, lalu mundur empat langkah.
“ Maafkan aku Putri, aku tidak menyangka engkau setegas itu.”
“ Tentu saja aku harus tegas! Aku bersikap tegas karena aku baru bertemu denganmu!Tapi jika aku bukan milikmu, aku tetap akan bersikap tegas seperti sekarang!”
Pangeran Geo terdiam. Tiba-tiba dia tersenyum
“ Kalau kau jadi milikku, apa kau akan setegas ini?”
Wajah Putri Venus merona karena malu. Dia terdiam lama sekali.
“ Tuan Putri Venus, aku bertanya padamu. Apakah jika engkau menjadi milikku engkau tetap akan bersikap setegas ini?”
Putri Venus tampak salah tingkah. Bukan apa-apa, Putri Venus membayangkan jika dirinya menjadi milik Pangeran Geo. Membayangkan dirinya menjadi istri Pangeran kerajaan Galaxi itu.  Semburat merah jambu menghias pipinya yang putih bersih.
“ Jawablah Putri, sebelum aku berteriak pada semesta jika aku mencintaimu,” ancam Pangeran Geo.
Akhirnya Putri Venus membuka mulutnya.
“Aku tidak tahu Pangeran Geo,” sahut Putri Venus perlahan.
“ Jika aku memintamu untuk menikah denganku, apakah engkau bersedia, Putri?” tanya Pangeran Geo.
Putri Venus terperangah. Ditatapnya wajah Pangeran Geo yang bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Putri Venus memalingkan wajahnya dengan enggan. Ditatapnya istana kerajaan dari kejauhan. Kemudian dirinya teringat sang Ayah, Raja Matahari. Hatinya berdegup tak menentu.
“ Jika engkau ingin menikahiku Pangeran, maka kau harus memintaku dari Ayahku. Tidak jantan rasanya jika engkau meminta cintaku di jalanan seperti ini,” tukas Putri Venus.
Pangeran Geo tersenyum. Dikibaskannya jubahnya yang kemilau.
“ Aku akan menghadap Ayahmu esok hari. Semoga saja Allah memperkenankan  engkau menjadi istriku, Putri Venus,”ujar Pangeran Geo.
Putri Venus menunduk dan tak menjawab. Beberapa saat mereka berdiam diri membiarkan keheningan berbicara di antara mereka.
“ Tuan Putri, kita harus pulang. Beberapa saat lagi bintang akan ditembakkan. Kita bisa ketahuan kalau terlalu lama di jalanan seperti ini,’ seru Mirabela memecah kesunyian.
Putri Venus tergagap, ditatapnya Pangeran Geo diam-diam.
“ Yah kau betul sekali Mirabela. Kita harus pulang sekarang. Kalau tidak, mungkin kita terkena bintang yang panas itu. Ehm, kami pulang dulu Pangeran Geo,” seru Putri Venus seraya menarik kekang.
“ Tunggu dulu Putri.!”
Putri Venus menoleh dengan bingung,” Ada apa lagi Pangeran?”
“Apakah hatimu sama dengan hatiku?”tanya Pangeran Geo.
Putri Venus menunduk malu,
” Aku mencintai seseorang yang mencintai Allah sebagai Tuhannya. Apalagi jika dia juga mencintaiku...”
Putri Venus memberikan senyuman sebelum memacu Mirabela kembali ke istana. Tinggallah Pangeran Geo berdua dengan Magnetosfer, kuda apinya yang sangat gagah.
“ Magnet, aku jatuh cinta! Benar-benar jatuh cinta! Aku ingin menjadikannya permaisuri di hatiku! Semesta dan Allah menjadi saksinya, aku akan  menjadikannya istriku!”
Magnetosfer meringkik tanda setuju. Pangeran Geo lalu masuk ke dalam kereta lalu kereta itu kembali ke kerajaan Galaxi.(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar