GURITA MERAH DAN KEPITING
BIRU
Pada
suatu hari Gumer(gurita merah) berjalan-jalan di sekitar karang pelangi. Gumer
mencari-cari ikan kecil sebagai makanannya. Sesekali ia berdiam diri,
menyamarkan dirinya dengan karang yang memiliki warna semburat pelangi. Hanya
saja, tak seekor ikanpun bisa ia makan hari ini.
“
Ya Allah, hamba lapar. Tolong berilah hamba makanan berupa ikan kecil,” doa
Gumer. Gumer lalu mencari-cari ikan kecil yang biasa menjadi makanannya. Tapi,
tetap saja, ikan-ikan kecil itu menghilang dan kalau ada, akan berlari gesit
menjauhi tempat penyamaran Gumer.
“
Ah, mungkin hari ini rezekiku bukan ikan
kecil itu. Baiklah, aku akan mencari udang kecil yang ada di pasir.
Bismillah,”doa Gumer seraya mengorek-ngorek pasir. Betul saja, baru saja mengorek
sebentar,lima udang kecil telah bermunculan. Gumer tidak menunggu waktu lama.
Gumer lalu menyantap udang kecil itu setelah sebelumnya membaca doa mau makan.
Tiba-tiba terdengar suara.
“
Hei Gumer! Kenapa kamu mengorek pasir? Ikan makananmu menghilang ya?”
Gumer
mencari asal suara. Ternyata suara itu berasal dari Kepibir(kepiting biru).
Kepibir dengan sombongnya melangkah miring ke arah Gumer.
“
Dari tadi aku melihat sikap kau Gumer. Kasihan sekali ikan-ikan itu tidak
tertangkap olehmu ya? Ohya ,mungkin ikan-ikan itu takut padaku. Sejak aku
disini tadi, aku telah melahap 10 ekor ikan. Hebat tidak tuh,” seru Kepibir
sombong.
Gumer
tersenyum.” Alhamdulillah, rezekiku hari ini bukan ikan kecil Kepibir. Tapi
udang. Yah, sama-sama bergizi. “
Kepibir
menghampiri Gumer.
“
Tapi beda Gumer. Aku memburu ikan dengn menggunakan taktik. Aku menyamarkan
tubuhku di pasir dengan seksama. Lalu ketika ada ikan, aku langsung mencapitnya
dengan capitku, lalu kumakan deh,”ujar Kepibir.
Gumer
terdiam dan hanya tersenyum.” Mungkin ikan itu memang rezekimu hari ini
Kepibir. Engkau seharusnya bersyukur pada Allah.”
“
Apa? Bersyukur? Buat apa aku bersyukur? Ikan-ikan itu kutangkap dengan
menggunakan taktik dan penyamaranku yang hebat. Kenapa aku harus bersyukur?”
“
Bukankah yang menciptakan ikan–ikan itu Allah, Kepibir? Sudah seharusnya kita
bersyukur atas semua rezeki yang kita dapat. Diri kita juga bukan milik kita
loh, tapi milik Allah. Capit, mata, hidung, kepala, semua milik Allah. Sebenarnya
kita tidak punya apa-apa! Makannya kata Allah, kita wajib bersyukur dan beribadah padaNya, “ seru Gumer.
Kepibir
menggelengkan kepalanya.” Iya. Beribadah sih beribadah, tapi apa hubungannya
beribadah dengan ikan-ikan yang kutangkap?”
“
Allah menciptakan kepala kita untuk berpikir. Jadi kita harus menggunakannya
dengan benar seperti untuk memikirkan taktik menangkap ikan, memikirkan
penciptaan langit dan bumi, atau untuk memikirkan cara mengajari anak cucu kita
untuk percaya pada Allah. Nah, yang seperti itu bisa disebut beribadah pada
Allah. Dan kita wajib bersyukur karena telah mampu berpikir tentang itu. Banyak
lho, mahluk hidup yang malas berpikir tentang Ke-Maha Besaran Allah. Kita
jangan seperti itu.”
“
Hah?Apa tadi? Mengajari anak cucu kita untuk percaya pada Allah? Malas ah.
Lebih baik aku mencari ikan lagi. Oh, lihat ! Matahari bersinar dengan
terangnya. Sinarnya sampai menembus ke dasar laut,”seru Kepibir senang.
“
Kita masih di sekitar pantai, Kepibir. Makannya sinar matahari masih bisa menembus
air laut sampai ke dasarnya.”
“
Terserah deh, yang jelas jika cuaca cerah seperti ini, ikan-ikan akan berenang
di dekat karang. Aku akan berburu lagi. Kau mau ikut Gumer?” tanya Kepibir.
Gumer
menatap langit biru yang terlihat jelas. Hatinya berdetak.
“
Aku akan beristirahat saja Kepibir. Biasanya jika cuaca cerah seperti ini,
banyak anak-anak manusia mencari ikan sampai ke dasar laut. Aku akan berlindung
saja untuk sementara waktu.”
“
Ah kau dasar penakut Gumer! Biar aku yang akan melindungimu jika anak-anak
manusia itu datang. Aku punya ribuan taktik yang bisa membuat kita terlepas
dari perburuan anak-anak manusia itu.”
“
Terimakasih Kepibir. Tapi, tidak terimakasih. Aku lebih baik beristirahat saja
dulu. Beristirahat juga salah satu bentuk kesyukuran kita pada Allah. Jika
badan kita sehat, kita bisa dengan khusu beribadah padaNya.”
“
Ah, aku bosan mendengarmu berbicara tentang Allah! Kalau kamu mau kelaparan
seperti tadi silakan saja! Tapi maaf ya, aku akan mencari ikan dengan taktik
dan tenagaku sendiri, bukan dengan pertolongan Allah!”
Kepibir
lalu berjalan miring ke arah karang yang menari gemulai mengikuti arus laut
yang hangat. Gumer mengangkat bahu lalu berenang menuju karang-karang yang
membentuk celah seperti gua. Gumer beristirahat siang di dalam celah
berbentuk gua tersebut dengan tenangnya.
Kepibir
yang berada di tempat perburuan, mengubur dirinya dengan pasir putih. Dengan
sabarnya dia menunggu kedatangan ikan-ikan datang. Betul pikirannya. Karena
cuaca cerah dan hangat, banyak ikan-ikan berenang mendekat.
“
Betul kan pikiranku. Lihat, betapa banyaknya ikan yang berenang-renang di cuaca
yang cerah ini. Gumer memang bodoh.
Selamat kelaparan saja deh,” seru Kepibir.
Kepibir
menangkap beberapa ikan lalu langsung melahapnya tanpa mengucapkan bismillah.
Saking banyaknya ikan yang dimakannya, Kepibir kekenyangan. Karena kekenyangan,
Kepibir bahkan tidak mampu untuk berjalan ke sarangnya. Karena kekenyangan
pula, rasa kantuk pun menyerangnya. Maka, tertidurlah Kepibir di atas pasir
dengan disinari cahaya matahari yang hangat.
Kepibir
tidak menyadari, anak-anak manusia yang sedang ingin mendinginkan diri
menceburkan diri ke lautan dekat dengan tempat dimana Kepibir tertidur.
Anak-anak manusia itu berkejar-kejaran dan bermain bola dengan lincahnya. Setelah
beberapa saat, seorang diantara mereka berkata,” Aduh, kita mainnya terlalu
semangat nih. Aku jadi lapar. Cari ikan
yuk?”
“
Ayo’’,seru teman-temannya yang lain.
Maka
dengan kompak mereka mencari-cari ikan. Ada yang mencari ikan di dekat tempat
Kepibir tertidur. Ketika dilihatnya ada seekor kepiting biru terdiam di atas
pasir, anak itu menangkapnya.
Kepibir
terbangun dengan kaget ketika anak manusia itu membawanya ke permukaan laut.
“
Tolong! Tolong! Gumer! Tolong aku!”teriak Kepibir ketakutan. Dia meronta-ronta
berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman jemari anak manusia yang kuat itu.
“
Tolong aku Gumer! Gumeeeerr!!” teriak Kepibir putus asa memanggil-manggil Gumer.
Kepibir tidak memohon pada Allah, padahal Allah lah paling dekat dengan mahluknya.
Maka tamatlah riwayat kepiting biru yang sombong itu.
Gumer
tidak mendengar suara teriakan dan minta tolong Kepibir. Bukan karena pura-pura
tidak mendengar, tapi Gumer sedang tertidur dengan nyenyaknya di celah karang. Gumer
tidak tahu Kepibir kini sedang dibakar di atas api oleh anak-anak manusia dan akan
disantap sebagai santapan siang. (suryani rinz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar