Selasa, 01 April 2014

khadam padang pasir



KHADAM  PADANG PASIR

Yuri termenung menatap dinding berkeramik merah muda itu. Ada sesuatu yang membakar di hatinya. Aku ingin pulang! Aku ingin pulang! Kemarahannya berangsur memuncak. Yuri menjerit sambil memukul dinding.
 “Aku ingin pulang!Kenapa aku masih disini!Apa salahku!”
Laki-laki yang tambun dan berkulit gelap itu membanting gelas plastik ke jeruji pintu.
”Diaaam!!”
Para petugas bermunculan dari ruang tunggu. Yuri merasa geram. Secepat kilat dia berlari memasuki kamar mandi. Pintunya dia kunci. Dan menangislah dia disana sepuasnya.
“Hey, keluar! Sedang apa kamu?” seru seseorang dari balik pintu.
 Yuri meringkuk di sudut kamar mandi sambil menangis. Beberapa saat kemudian pintu terbuka dengan suara keras. Laki-laki tambun itu merengut paksa tangan Yuri hingga berdiri dari ringkukannya. Yuri memberontak dan berteriak. Sekuat tenaga dia mencoba melepaskan diri dari laki-laki itu. Dia berusaha mencakar dan memukul laki-laki gemuk itu. Namun tenaganya kalah jauh. Laki-laki itu menundukkan tubuh Yuri ke lantai. Ditahannya kedua tangan Yuri.
“Aku ingin pulang sialan! Aku hanya ingin pulang! Lepaskan!Lepasakan!”jerit Yuri. Seorang laki-laki lainnya membawa suntikan. Dengan cepat  dia menyibak rok panjang dan  menusukkan suntikan itu dipaha Yuri. Yuri bisa merasakan ketika jarum itu ditarik dari pahanya. Airmatanya mengalir di kedua pipi halusnya. Dia merasa dizalimi. Demi Allah, dia tidak akan pernah lupa kejadian ini. Tidak akan!
*******
Yuri menatap keluar jendela. Awan-awan berarak dan menggumpal-gumpal. Yuri mendesah. Dalam khayalannya, dia ingin sekali terjun kedalam lembutnya gumpalan awan itu. Meloncat dengan riang diatasnya lalu tidur disana. Tapi itu tidak mungkin. Karena jika pintu pesawat itu dibuka, maka seluruh isi pesawat akan tersedot keluar. Angin akan membanting mereka kesana kemari sebelum gravitasi bumi menarik mereka kedalam hamparannya.
Inilah kali pertama ia menapakkan kakinya dibandar udara Riyadh, Arab Saudi. Penerbangan keduanya untuk hari ini. Pesawat perintis itu menurunkan Yuri dan ratusan TKW lain dari Indonesia  di bandara Abu Dhabi. Sekelompok TKW yang akan dibekerjakan di Abu Dhabi, akan melanjutkan perjalanan mereka dengan bis agen. Sedangkan TKW yang bekerja di Arab Saudi harus menaiki pesawat terbang lagi walau dengan waktu 30 menit.
Tahun itu virus flu burung sedang mewabah di negera Asia. Jadi disetiap Bandara, terdapat video berinfra merah, antisipasi dari serangan virus asia. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, Yuri dan TKW lainnya harus menunggu dijemput sang majikan di sebuah ruangan berukuran 7 kali 10 meter. Ada ranjang susun dengan kasur lapuk dan bantal. Ada kursi, karpet, dan makan siang berupa nasi briyani dengan potongan ayam diatasnya. Yuri sempat memakan makan siangnya yang lezat sebelum majikannya datang menjemputnya. Dia juga berkenalan dengan beberapa TKW dari daerah lain.
Majikannya, Khalid bin Abdurrahaman al Rivai,  adalah seorang manager bank di Riyadh, Arab Saudi. Wajahnya bulat dengan kedua mata yang besar dan lentik. Hidungnya mancung khas Arab dan bibirnya kecil. Suaranya berat dan menenangkan. Khalid tinggal di hotel selama hari kerja, lalu pulang ke keluarganya sendiri yang ada di Dawadmi. Desa kecil yang jauh dari Riyadh itu dikunjunginya seminggu sekali. Perjalanan menuju Dawadmi  sangat lancar karena jalanan lengang. Di kanan kiri jalan terbentang padang pasir dan bukit-bukit berbatu. Yuri teringat kisah Nabi Muhammad saw. Airmatanya menetes diam-diam di sudut matanya. Dirinya bagai terjaga dalam mimpi. Dirinya ini berada di tanah yang sama dengan tanah kelahiran Nabi yang tercinta. Dengan mata berkaca-kaca karena mengingat perjuangan berat Nabi Muhammad saw mendakwakan Islam, Yuri berusaha mengingat pemandangan tanah Arab.
  Perjalanan itu memakan waktu 8 jam. Tiap adzan berkumandang, mereka menyempatkan untuk sholat dan istirahat di mushola yang tersedia di sisi jalan setiap beberapa kilometer. Hari itu Yuri melihat kawanan unta melenggang dijalan raya yang mulus membelah padang pasir. Mereka tidak takut pada suara klakson mobil. Bahkan mereka membalasnya dengan mengeluarkan ringkikan. Ada  juga pertanian sayuran yang disiram melalui sebuah mesin  berpipa dengan lubang banyak yang berputar-putar ke setiap lahan. Yuri menatap para penggembala yang berwajah khas Arab. Berhidung mancung dan bermata coklat. Kulit mereka retak-retak tanda sering terpanggang matahari.
Akhirnya sampailah mereka di Dawadmi. Rumah Khalid berada dekat pintu gerbang kawasan keluarganya. Rumah orangtua Khalid berada dibelakang rumah besar milik kakaknya. Rumah orangtua istrinya, Sophia, ada disisi kanan rumah. Sedangkan rumah kakak dan adiknya, menyebar ke bagian kiri dari rumahnya. Kumpulan rumah klan Al Rivai membentang luas dari klan-klan tetangganya di desa Dawadmi itu.
Walaupun kaya, rumah Khalid di Dawadmi biasa-biasa saja. Ruang tamu  dibiarkan kosong dari furnitur. Dapurnya kecil namun nyaman. Ada sebuah kulkas besar merek Sharp di sudut, di sebelahnya kompor gas yang memilki pemanggang, tempat mencuci piring dengan raknya. Lalu ada lemari berisi simpanan terigu, rempah-rempah, kopi, teh hitam, teh hijau, ghee(mentega dari lemak kambing), biscuit dan toples-toples kosong. Ada 4 buah termos kosong dengan motif bunga yang cantik berjajar rapi. Sebuah penghangat makanan yang tak dinyalakan terdiam di sudut lemari.
Yang membuat Yuri heran adalah kamarnya. Tempat ia tidur adalah sebuah gudang panas dengan banyak barang persediaan musim dingin. Ada perabot berdiameter besar yang berlapis debu, tergantung di dinding. Belum tumpukan kardus besar berisi peralatan makan yang sengaja disimpan. Sebuah ranjang yang terdiri dari tumpukan selimut tebal dan kasur busa yang sudah layu.Yuri disuruh untuk beristirahat. Besok pagi pekerjaanya baru dimulai.
***
Yuri terbangun dengan terengah-engah. Mimpinya barusan sangat menakutkan. Sebuah wajah dengan tampang mengerikan mendekati wajahnya yang sedang tertidur. Yuri bisa merasakan hangat nafas wajah itu menghembus pipi kirinya. Yuri menatap ke sekeliling gudang. Tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama. Ditatapnya jam alarm, 03.20. Waktu Shubuh masih lama. Dan dia masih merasakan lelah dan pegal akibat terbang  dan naik mobil dari Riyadh ke Dawadmi. Dicobanya untuk tidur lagi.
Wajah  mengerikan itu datang lagi diiringi suara tawa yang memekakkan telinga. Yuri yang tidur dengan miring, merasa dirinya dipeluk dengan erat. Sekuat tenaga Yuri mencoba membuka matanya. Aneh, matanya seperti susah dibuka. Yuri mencoba untuk meronta. Namun tangannya tidak bisa digerakkan. Panik, Yuri mencoba berteriak. Tapi mulutnya tetap terkatup. Yuri semakin merasakan pelukan itu semakin erat mencengkeram tubuhnya. Cengkeraman itu membuat nafasnya terasa sesak. Pening kepalanya mulai menguasai dirinya. Sebentar lagi dia pasti pingsan. Namun sudut otaknya berteriak untuk membaca ayat Kursi dan Qulhufalaqbinnas. Dalam hati Yuri membaca ayat Kursi dan Qulhufalaqbinnas dengan tartil. Seiring dengan dibacanya ayat demi ayat, cengkraman itu mulai melemah. Yuri membuka paksa matanya. Matanya terbuka. Ditatapnya sekeliling ruangan dengan ketakutan. Namun tidak ada siapapun disana. Yuri mencoba menggerakkan jemarinya dan bangkit dari ranjang. Tubuhnya terasa pegal. Tenggorokannya kering. Bayangan mengerikan dan cengkraman kuat itu membuatnya tidak bisa terlelap lagi. Yuri duduk ketakutan sembari membaca doa-doa yang dihapalnya. Dari kejauhan terdengar sayup-sayup adzan Shubuh berkumandang.(bersambung)*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar