Yuri termenung menatap
dinding berkeramik merah muda itu. Ada sesuatu yang membakar di hatinya. Aku
ingin pulang! Aku ingin pulang! Kemarahannya berangsur memuncak. Yuri menjerit
sambil memukul dinding.
“Aku ingin pulang!Kenapa aku masih disini!Apa
salahku!”
Laki-laki yang tambun
dan berkulit gelap itu membanting gelas plastik ke jeruji pintu.
”Diaaam!!”
Para petugas
bermunculan dari ruang tunggu. Yuri merasa geram. Secepat kilat dia berlari
memasuki kamar mandi. Pintunya dia kunci. Dan menangislah dia disana sepuasnya.
“Hey, keluar! Sedang
apa kamu?” seru seseorang dari balik pintu.
Yuri meringkuk di sudut kamar mandi sambil
menangis. Beberapa saat kemudian pintu terbuka dengan suara keras. Laki-laki tambun
itu merengut paksa tangan Yuri hingga berdiri dari ringkukannya. Yuri
memberontak dan berteriak. Sekuat tenaga dia mencoba melepaskan diri dari
laki-laki itu. Dia berusaha mencakar dan memukul laki-laki gemuk itu. Namun
tenaganya kalah jauh. Laki-laki itu menundukkan tubuh Yuri ke lantai.
Ditahannya kedua tangan Yuri.
“Aku ingin pulang
sialan! Aku hanya ingin pulang! Lepaskan!Lepasakan!”jerit Yuri. Seorang
laki-laki lainnya membawa suntikan. Dengan cepat dia menyibak rok panjang dan menusukkan suntikan itu dipaha Yuri. Yuri
bisa merasakan ketika jarum itu ditarik dari pahanya. Airmatanya mengalir di
kedua pipi halusnya. Dia merasa dizalimi. Demi Allah, dia tidak akan pernah
lupa kejadian ini. Tidak akan!
*******
Yuri menatap keluar
jendela. Awan-awan berarak dan menggumpal-gumpal. Yuri mendesah. Dalam
khayalannya, dia ingin sekali terjun kedalam lembutnya gumpalan awan itu.
Meloncat dengan riang diatasnya lalu tidur disana. Tapi itu tidak mungkin.
Karena jika pintu pesawat itu dibuka, maka seluruh isi pesawat akan tersedot
keluar. Angin akan membanting mereka kesana kemari sebelum gravitasi bumi
menarik mereka kedalam hamparannya.
Inilah kali pertama ia
menapakkan kakinya dibandar udara Riyadh, Arab Saudi. Penerbangan keduanya
untuk hari ini. Pesawat perintis itu menurunkan Yuri dan ratusan TKW lain dari
Indonesia di bandara Abu Dhabi.
Sekelompok TKW yang akan dibekerjakan di Abu Dhabi, akan melanjutkan perjalanan
mereka dengan bis agen. Sedangkan TKW yang bekerja di Arab Saudi harus menaiki
pesawat terbang lagi walau dengan waktu 30 menit.
Tahun itu virus flu
burung sedang mewabah di negera Asia. Jadi disetiap Bandara, terdapat video
berinfra merah, antisipasi dari serangan virus asia. Setelah melalui
serangkaian pemeriksaan, Yuri dan TKW lainnya harus menunggu dijemput sang
majikan di sebuah ruangan berukuran 7 kali 10 meter. Ada ranjang susun dengan
kasur lapuk dan bantal. Ada kursi, karpet, dan makan siang berupa nasi briyani
dengan potongan ayam diatasnya. Yuri sempat memakan makan siangnya yang lezat
sebelum majikannya datang menjemputnya. Dia juga berkenalan dengan beberapa TKW
dari daerah lain.
Majikannya, Khalid bin
Abdurrahaman al Rivai, adalah seorang
manager bank di Riyadh, Arab Saudi. Wajahnya
bulat dengan kedua mata yang besar dan lentik. Hidungnya mancung khas Arab dan
bibirnya kecil. Suaranya berat dan menenangkan. Khalid tinggal di hotel selama
hari kerja, lalu pulang ke keluarganya sendiri yang ada di Dawadmi. Desa
kecil yang jauh dari Riyadh itu dikunjunginya seminggu sekali. Perjalanan
menuju Dawadmi sangat lancar karena jalanan lengang. Di kanan kiri jalan terbentang padang pasir dan
bukit-bukit berbatu. Yuri teringat kisah Nabi Muhammad saw. Airmatanya menetes
diam-diam di sudut matanya. Dirinya bagai terjaga dalam mimpi. Dirinya ini
berada di tanah yang sama dengan tanah kelahiran Nabi yang tercinta. Dengan
mata berkaca-kaca karena mengingat perjuangan berat Nabi Muhammad saw
mendakwakan Islam, Yuri berusaha mengingat pemandangan tanah Arab.
Perjalanan itu memakan waktu 8 jam. Tiap adzan
berkumandang, mereka menyempatkan untuk sholat dan istirahat di mushola yang
tersedia di sisi jalan setiap beberapa kilometer. Hari itu Yuri melihat kawanan
unta melenggang dijalan raya yang mulus membelah padang pasir. Mereka tidak
takut pada suara klakson mobil. Bahkan mereka membalasnya dengan mengeluarkan
ringkikan. Ada juga pertanian sayuran
yang disiram melalui sebuah mesin
berpipa dengan lubang banyak yang berputar-putar ke setiap lahan. Yuri
menatap para penggembala yang berwajah khas Arab. Berhidung mancung dan bermata
coklat. Kulit mereka retak-retak tanda sering terpanggang matahari.
Akhirnya
sampailah mereka di Dawadmi. Rumah Khalid berada
dekat pintu gerbang kawasan keluarganya. Rumah orangtua Khalid berada
dibelakang rumah besar milik
kakaknya. Rumah orangtua istrinya, Sophia, ada
disisi kanan rumah. Sedangkan rumah kakak dan adiknya, menyebar ke bagian kiri
dari rumahnya. Kumpulan rumah klan Al Rivai membentang luas dari klan-klan
tetangganya di desa Dawadmi itu.
Walaupun kaya, rumah
Khalid di Dawadmi biasa-biasa saja. Ruang tamu
dibiarkan kosong dari furnitur. Dapurnya kecil namun nyaman. Ada sebuah
kulkas besar merek Sharp di sudut, di sebelahnya kompor gas yang memilki
pemanggang, tempat mencuci piring dengan raknya. Lalu ada lemari berisi
simpanan terigu, rempah-rempah, kopi, teh
hitam, teh hijau, ghee(mentega dari lemak kambing),
biscuit dan toples-toples kosong. Ada 4 buah termos kosong dengan motif bunga
yang cantik berjajar rapi. Sebuah penghangat makanan yang tak dinyalakan
terdiam di sudut lemari.
Yang membuat Yuri heran
adalah kamarnya. Tempat ia tidur adalah sebuah gudang panas dengan banyak
barang persediaan musim dingin. Ada perabot berdiameter besar yang berlapis
debu, tergantung di dinding. Belum tumpukan kardus besar berisi peralatan makan
yang sengaja disimpan. Sebuah ranjang yang terdiri dari tumpukan selimut tebal
dan kasur busa yang sudah layu.Yuri disuruh untuk beristirahat. Besok pagi
pekerjaanya baru dimulai.
***
Yuri terbangun dengan
terengah-engah. Mimpinya barusan sangat menakutkan. Sebuah wajah dengan tampang
mengerikan mendekati wajahnya yang sedang tertidur. Yuri bisa merasakan hangat
nafas wajah itu menghembus pipi kirinya. Yuri menatap ke sekeliling gudang.
Tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama. Ditatapnya jam alarm, 03.20. Waktu
Shubuh masih lama. Dan dia masih merasakan lelah dan pegal akibat terbang dan naik mobil dari Riyadh ke Dawadmi.
Dicobanya untuk tidur lagi.
Wajah mengerikan itu datang lagi diiringi suara
tawa yang memekakkan telinga. Yuri yang tidur dengan miring, merasa dirinya
dipeluk dengan erat. Sekuat tenaga Yuri mencoba membuka matanya. Aneh, matanya
seperti susah dibuka. Yuri mencoba untuk meronta. Namun tangannya tidak bisa
digerakkan. Panik, Yuri mencoba berteriak. Tapi mulutnya tetap terkatup. Yuri
semakin merasakan pelukan itu semakin erat mencengkeram tubuhnya. Cengkeraman itu membuat nafasnya
terasa sesak. Pening kepalanya mulai menguasai dirinya. Sebentar lagi dia pasti
pingsan. Namun sudut otaknya berteriak untuk membaca ayat Kursi dan Qulhufalaqbinnas.
Dalam hati Yuri membaca ayat Kursi
dan Qulhufalaqbinnas dengan tartil. Seiring dengan
dibacanya ayat demi ayat, cengkraman itu mulai melemah. Yuri membuka paksa
matanya. Matanya terbuka. Ditatapnya sekeliling ruangan dengan ketakutan. Namun
tidak ada siapapun disana. Yuri mencoba menggerakkan jemarinya dan bangkit dari
ranjang. Tubuhnya terasa pegal. Tenggorokannya kering. Bayangan mengerikan dan
cengkraman kuat itu membuatnya tidak bisa terlelap lagi. Yuri duduk ketakutan sembari
membaca doa-doa yang dihapalnya. Dari kejauhan terdengar sayup-sayup adzan
Shubuh berkumandang.(bersambung)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar