Kamis, 28 Februari 2013

senyumsimpul

senyum simpul



( by: Reny Sri Suryani )

Lagu Ketty Pery, berteriak dari hapeku. Menyanyikan lagu penyanyi Amerika itu, tanganku sibuk meracik bumbu untuk sup ayam. Tangan dan mulutku telah terbiasa bergerak bersamaan. Tanganku bergerak untuk memasak, meracik bumbu, sedangkan mulutku bernyanyi lagu kesukaanku. Aku orang yang suka mendengarkan lagu apa saja.
 Ketty Peri adalah contohnya, tapi banyak juga lagu Amerika yang kusukai. Diantaranya Home dari juara American Idol 2012, Philips Philips, dll.

Add caption


Bukan berarti aku tidak suka nasyid atau lagu religi. Tapi jika aktifitas yang aku lakukan memerlukan stimulan, aku menstimulasi semangatku dengan lagu berirama cepat yang enak di telinga.
 “ Rini?” panggil seseorang dari ruang depan. Aku berdiri dan membenahi pakaian dan jilbabku yang kusut.
Ternyata induk semangku yang memanggil.
“ Kamu lagi apa?” tanyanya.
Aku menunjuk pada sepanci sup yang mengepul-ngepul di atas kompor. Induk semangku tersenyum terpaksa.
“ Bu Haji yang dibawah katanya terganggu sama musik yang kamu setel. Katanya berisik!”ucap induk semangku.
”Aduh maaf bu, saya tidak bermaksud untuk mengganggu Bu Haji,”ucapku.
“Ya sudah, nanti ibu bilangin ke Bu Haji tentang maaf kamu.  Biasa Rin, kalau sudah tua, telinganya tidak betah mendengar lagu barat yang jrang-jreng-jrong. Bu Haji tidak mengerti,”serunya seraya tersenyum.


Add caption


“Iya bu,saya mengerti,”sahutku merasa bersalah.
Setelah shalat Isya dan mengaji harian seperti biasanya, aku termenung memutar otakku. Musik mengalihkan pikiranku hingga badanku tidak terasa lelah bahkan aku makin bersemangat. Setelah kepulanganku dari Arab Saudi, aku berhalusinasi mendengarkan orang berbicara tanpa bisa kulihat sosoknya. Teh Rina, yang dulunya adalah guru mengajiku sekaligus psikolog, memberiku resep aneh agar aku mendengarkan musik saja sampai sakitku sembuh. Resep itu berhasil. Seminggu kemudian aku pulih dari delusiku dan menjalani hidup secara normal.
Akhirnya keluar juga satu ide cemerlangku. Keesokan harinya saat aku mengepel, aku menyetel lagu Nancy Ejram. Lumayan juga untuk menyemangati kakiku mengepel rumah yang luas. Nancy Ejram berganti dengan Amir Diab. Aku menyukai Amir Diab sejak aku SMP. Ada stasiun radio yang memutarnya saat aku akan sholat tahajud. Walhasil, sebelum tahajud, aku mendengarkan Amir Diab dulu. Selesai mengepel aku istirahat sejenak di ruang tamu. Disaat itu datanglah induk semangku menuju ruang tamu.
”Bagaimana lagunya Bu? Apa masih  berisik?”tanyaku was-was.
Induk semangku tertawa. “Shalawatan orang mana Rin?”tanyanya.
Shalawatan? Aku memutar otakku.
“Eh, dari Mesir Bu. Enak kan bu? Bisa untuk senam bu,” seruku seraya memeragakan senam.
Induk semangku manggut-manggut.
“Bu Haji tadi bilang, shalawatannya enak di telinga, nanti kalau Bu Haji motong rumput di depan rumah, tolong diputar lagi lagu-lagu shalawatan Mesirnya ya,” ujar induk semangku berseri-seri.
  Aku mengangguk. Bagus! Asal mereka tidak tahu saja lagu cinta yang berbahasa Arab. Yang jelas aku dan Bu Haji senang dan bersemangat melakukan kegiatan rumah tangga diiringi penyanyi Mesir.(rz)
                                                    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar