( by: Reny Sri Suryani )
Lagu Ketty Pery,
berteriak dari hapeku. Menyanyikan lagu penyanyi Amerika itu, tanganku sibuk
meracik bumbu untuk sup ayam. Tangan dan mulutku telah terbiasa bergerak
bersamaan. Tanganku bergerak untuk memasak, meracik bumbu, sedangkan mulutku
bernyanyi lagu kesukaanku. Aku orang yang suka mendengarkan lagu apa saja.
Ketty
Peri adalah contohnya, tapi banyak juga lagu Amerika yang kusukai. Diantaranya
Home dari juara American Idol 2012, Philips Philips, dll.
![]() |
Add caption |
Bukan berarti
aku tidak suka nasyid atau lagu religi. Tapi jika aktifitas yang aku lakukan
memerlukan stimulan, aku menstimulasi semangatku dengan lagu berirama cepat yang
enak di telinga.
“ Rini?” panggil seseorang dari ruang depan.
Aku berdiri dan membenahi pakaian dan jilbabku yang kusut.
Ternyata induk
semangku yang memanggil.
“ Kamu lagi
apa?” tanyanya.
Aku menunjuk
pada sepanci sup yang mengepul-ngepul di atas kompor. Induk semangku tersenyum
terpaksa.
“ Bu Haji yang
dibawah katanya terganggu sama musik yang kamu setel. Katanya berisik!”ucap
induk semangku.
”Aduh maaf bu,
saya tidak bermaksud untuk mengganggu Bu Haji,”ucapku.
“Ya sudah, nanti
ibu bilangin ke Bu Haji tentang maaf kamu.
Biasa Rin, kalau sudah tua, telinganya tidak betah mendengar lagu barat
yang jrang-jreng-jrong. Bu Haji tidak mengerti,”serunya seraya tersenyum.
![]() |
Add caption |
“Iya bu,saya
mengerti,”sahutku merasa bersalah.
Setelah shalat
Isya dan mengaji harian seperti biasanya, aku termenung memutar otakku. Musik
mengalihkan pikiranku hingga badanku tidak terasa lelah bahkan aku makin
bersemangat. Setelah kepulanganku dari Arab Saudi, aku berhalusinasi
mendengarkan orang berbicara tanpa bisa kulihat sosoknya. Teh Rina, yang
dulunya adalah guru mengajiku sekaligus psikolog, memberiku resep aneh agar aku
mendengarkan musik saja sampai sakitku sembuh. Resep itu berhasil. Seminggu
kemudian aku pulih dari delusiku dan menjalani hidup secara normal.
Akhirnya keluar
juga satu ide cemerlangku. Keesokan harinya saat aku mengepel, aku menyetel
lagu Nancy Ejram. Lumayan juga untuk
menyemangati kakiku mengepel rumah yang luas. Nancy Ejram berganti dengan Amir
Diab. Aku menyukai Amir Diab sejak aku SMP. Ada stasiun radio yang memutarnya saat aku akan
sholat tahajud. Walhasil, sebelum tahajud, aku mendengarkan Amir Diab dulu. Selesai mengepel aku istirahat
sejenak di ruang tamu. Disaat itu datanglah induk semangku menuju ruang tamu.
”Bagaimana
lagunya Bu? Apa masih berisik?”tanyaku
was-was.
Induk
semangku tertawa. “Shalawatan orang mana Rin?”tanyanya.
Shalawatan?
Aku memutar otakku.
“Eh, dari
Mesir Bu. Enak kan bu? Bisa untuk senam bu,” seruku seraya memeragakan senam.
Induk
semangku manggut-manggut.
“Bu Haji
tadi bilang, shalawatannya enak di telinga, nanti kalau Bu Haji motong rumput di
depan rumah, tolong diputar lagi lagu-lagu shalawatan Mesirnya ya,” ujar induk
semangku berseri-seri.
Aku mengangguk. Bagus! Asal mereka tidak tahu
saja lagu cinta yang berbahasa Arab. Yang jelas aku dan Bu Haji senang dan
bersemangat melakukan kegiatan rumah tangga diiringi penyanyi Mesir.(rz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar